Powered By Blogger

Kamis, 16 Desember 2010

pendekatan studi islam


Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial

Ilmu-ilmu social yang dapat di gunakan dalam penelitian agama adalah spikologi, sosiologi, dan antropologi.

  1. Psikologi
Menurut William james, psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, baik menyangkut fenomena maupun kondisi-kondisinya. Sementara itu Richard masyr mengatakan  bahwa psikologi merupakan analisis ilmiah terhadap proses mental manusia dan struktur ingatan untuk memhami prilaku manusia[1].

Dari kedua definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa psikologis adalah disiplin imu yasng membahas tentang ‘basgian dalam’ manusia secara ilmiah dengan tujuasn memahami tingkah lakunya. Psikologi delanjutnya dapat di gunakan dalam untuk memahami asgamayang dalam hal ini di sebut psikologi agama.

Untukas memperjelas kedudukan psikologi sebagai pendekatan dalam memahami agama, marilah kita lihat agama sebagai objek kajin psikologi.

Seperti kita ketahui, agama menyangkut alam metafisik (ghaib), makhluk halus, dewa-dewa, dan lain sebagainya. Sedangkan psikologi menyangkut manusia dan alam sekitarnya. Dengan demikian, psikologi dan agama tidak dapat saling mengklaim. Psikologi tidak dapat mengklaim benar-tidaknya sesuatu yang di ajarkan oleh agama. Begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini, psikologi hanya di dalam pendekatan memahami agama itu sendiri, atau dengan kata lain, psikologi berusaha memahami tingkah laku manusia yang beragama.

Psikologi tidsak mengejar kebenaran teologi (ilmu ketuhanan) atau metafisik (ghaib). Akan tetapi, seperti yang sudah kami tuliskan pada paragraph sebelumnya, bahwa psikologi hanya terbatas pada usaha-usaha untuk memahami tingkah laku manusia beragama. Misalnya, dalam kajiannya tentang ‘mengapa’ manusia beragama atau beribadah, psikologi menemukan motif psikologis di dalamnya. Motif psikologis tersebut berupa  rasa takut (terhadap tuhan dan ancamannya), rasa cinta (terhadap Tuhan), dan lain sebagainya[2].
Namun sangat di sayangkan, balakangan ini kajian psikologi seperti kehilangan rohnya[3]. Selama ini, kajiannya hanya berputar-putar pada sekitar fisik biologis (hubungan antara psikologi dan biologi)[4] dan, psikologis, dan sosiokultural.

  1. Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk, tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu, serta kepercayaan/keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup[5].

Dari pernyataan di atas dapat di ketahui bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tatanan hidup masyarakat, struktur masyarakat, keadaan masyarakat, dan juga gejala-gejala social yang terdapat di dalamnya. Dengan ilmu ini, dapat di analisis tentang factor-faktor pendorong terjadinya hubungan dan mobilitas tersebut.

Dalam bukuny yang berjudul Islam Alternatif, Jalaludin Rahmat menuliskan/menunjukkan betapa besarnya perhatian agama islam terhadap kehidupan social[6]. Hal inilah yang mendorong banyaknya kaum agama yang mencoba memehami agamanya melalui pendekatan sosiologis. Berikut pernyataan beliau:

1)      Dalam Al-Qur’an dan kitab hadits, proporsi terbesar kedua dalam sumber hokum tersebut adalah masalah social (muamalah). Bahkan menurut Ayatullah Khomaeni dalam bukunya Al-Hukumah Al-Islamiyah yang di kutib oleh Jalaludi Rahmat, perbandingan antara ayat tentang ibadah dan ayat tentang urusan muamalah (masalah social) adalah satu banding seratus, dengan satu ayat tentang ibadah dan seratus ayat muamalah;

2)      Bilaman urusan ibadah berbenturan dengan urusan social yang penting atau mendesak, maka ibadah itu dapat di perpendek atau di tunda (tentu tidak di tinggalkan). Hal ini dapat kita lihat pada ibadah sholat, ibadah tersebut dapat di perpendek (qoshor) ataupun di di tunda dengan melakukannya di waktu sholat yang selanjutnya (jamak). Atau bahkan dapat di lakukan sekaligus (jamak dan qoshor). Tentunya dengan catatan urusan tersebut memang tidak dapat di tawar lagi.

3)      Sholat yang di lakukan secara berjama’ah (bersama-sama) akan mendapatkan ganjaran yang lebih besar jika di bandingkasn dengan sholat yang di laksanakan sendiri. Seperti kita ketahui, sholat berjama’ah mengandung nilai-nilai social.

4)      Di dalam islam, terdapat ketentuan bahwa jika urusan ibadah tidak terpenuhi (batal), maka salah satu cara penebusannya adalah dengan melakukan hal yang berhubungan dengan social. Hal ini dsapat kita lihat pada ibadah puasa pada bulan ramadhan. Jika antara ssuami dan istri bercampur di siang hari pada bulan ramadha, maka salah satu cara penebusannya adalah dengan memberikan makan pada fakir dan miskin.

5)      Dalam islam, terdapat ketentuan bahwa ibadah dalam hal kemasyarakatan  (social), akan mendapatkan ganjaran yang lebih besar. Hal ini dapat di lihat pada sabda Nabi Muahammad SAW berikut:
”Maukah kamu aku beritahukan derajat apa yang lebih utama dari pada sholat, puasa, sadaqah. (sahabat menjawab). Tentu. Yaitu mendamaikan dua pihak yang bertengkar[7]”. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan Ibn Hibban)[8].


  1. Antropologi

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat di artikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat[9].

Melihat dari pernyataan Abuddin tersebut di atas, nampak bahwa pendekatan antropologis lebih bersifat ‘terjun ke lapangan’ (grounded). Ini sesuai dengan pernyataan Dawan Raharjo yang di kutib oleh Abuddin Nata, beliau menyatakan bahwa pendekatan antropologis lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan bersifat partisipatif.

Dengan pendekatan antropologis ini ( yang bersifat mengamati), maka dapat terlihat jelas hubungan antara agama dan berbagai macam masalah dalam kehidupan sehari-hari.


[1] Filsafat dan Metodologi Ilmu, hal 49
[2] Filsafat dan Metodologi Ilmu, hal 52
[3] Pernyataan Malik Badri, yang di kutib oleh Rafy Safuri dalam bukunya PSIKOLOGI ISLAM, hal 23
[4] Terdapat hubungan antara psikologi dan biologi. Ini bisa di lihat pada pengaruh biologis (tubuh seseorang) pada kondisi mental tertentu. Misalnya pada saat stress, maka kemungkinan untuk terkrna penyakit maagh lebih terbuka, degub jantung meningkat, tergesa-gesa, gugup dan lain sebagainya.
[5] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2009), hlm. 38 dan 39.

[7] Seperti kita ketahui, bahwa bertengkar adalah konflik/masalah sosial
[8] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2009), hlm 40 dan 41
[9] Ibid, hlm 35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar